Cepat dan Senyap
Apa nilai lebih dari Nissan Leaf, dan apakah benar mobil ini bisa diandalkan? Lebih dari itu, inikah mobil masa depan umat manusia? Pertanyaan kami berujung pada kesempatan menjajal Nissan Leaf, di Jepang atas undangan PT Nissan Motor Indonesia. Tak tanggung, kami diundang langsung menjajal Leaf di atas sirkuit Oppama, tempat Nissan menjajal Nissan 370Z dan segala macam mobil performa mereka.
Singkat cerita, kini Leaf ada di depan mata. Desain ekteriornya dapat dikatakan biasa saja. Sama seperti hatchback yang dijual di pasaran. Berkonsep ‘smart fluidity’, Leaf menawarkan gaya yang menarik dengan bonus aerodinamika optimal.
Lampu depan LED memiliki desain vertikal yang unik dan dibentuk dari lekuk bonnet berbentuk V. Tujuannya untuk mengontrol aliran udara dari depan sehingga mereduksi suara angin.
Sementara itu, di bagian interior, pelapis jok dibuat dari plastik botol daur ulang. Tampak pula ‘twin digital meter’, dengan indikator ‘Eco’. Terdapat pula ‘ECO TREE’ yang menunjukkan hasil dari ‘eco driving’ kita, ‘power meter’ untuk informasi keluaran tenaga, dan regenerasi baterai lithium-ion, serta ‘Multi Information Display’, yang berisi informasi efisiensi arus listrik dan waktu mengisi ulang, kapasitas baterai, dan jarak jelajah. Nah, ini sisi uniknya. Transmisi Leaf (mouse-type electric-shift) dapat digunakan dengan mudah. Hanya ada dua pilihan mode berkendara: D dan Eco.
Nissan Leaf memakai motor listrik 80-kilowatt yang disuplai tenaganya oleh paket baterai lithium- ion 24 k-Wh (kilowatt hour). Jika dikonversikan menjadi tenaga, jantung elektrik Leaf mampu menghasilkan tenaga sebesar 110 hp dengan torsi 279 Nm. Nah bagaimana dengan performanya?
Agar pengujian ini menjadi objektif, saya bahkan membawa alat ukur performa dari Indonesia ke Oppama, Jepang, dengan harapan bisa mengukur performa Nissan Leaf. Meski sempat kebingungan, pendamping kami (teknisi Nissan) akhirnya pasrah dan memperbolehkan saya memasang alat uji.
Setelahnya, pedal akselerator saya tekan dalam-dalam. Mesin listrik Leaf merespon dengan sangat baik. 0-60 km/jam hanya ditempuh dalam waktu 5,48 detik, dan akselerasi 0-100 km/jam dicapai dalam tempo 10,4 detik. 0-402 meter dicapai dalam waktu 16,4 detik dengan kecepatan puncak 121,87 km/jam.
Kemampuan ini berkat torsi puncak mobil listrik yang sudah tersedia sejak 0 km/jam, jadi begitu pedal akselerator Anda tekan, sontak 279 Nm mengalir ke roda depannya.
Nissan Leaf dapat menyentuh kecepatan maksimum 144 km/jam dengan sangat mudah meskipun akan memperpendek jarak jelajahnya. Ini artinya, mesikipun hambatan angin dari eksteriornya hanya 0,29 (coefficient of drag), daya tahan baterai membuat kita tak leluasa memacu Leaf secara maksimal. Pun demikian, semua itu dilakukan Nissan Leaf dalam senyap. Tanpa suara mesin yang terdengar hanya dengungan halus, embusan angin dan suara ban mengalun lemah ke dalam kabin. Kesenyapan yang mengerikan sekaligus mengagumkan.
Posisi paket baterai di titik terendah tidak membebani pengendalian. Penempatan baterai ini juga meningkatkan rigiditas struktur Leaf sebesar 40 % lebih tinggi dari hatchback lima pintu kebanyakan. Hasilnya, body roll tak terasa dominan. Kemudi dengan bantuan elektrik (electric-assist steering) cukup presisi.
Ada dua pilihan mode berkendara di Nissan Leaf: D dan Eco. Pada mode Eco, respons mesin direduksi, dan ‘regenerative brakes’ diaktifkan untuk menambah jarak jelajah hingga 10%. Agar semakin irit, Nissan Leaf memakai ban eco (low rolling resistance) berukuran 16 inci Bridgestone bertipe Ecopia.
Leaf dibekali kontrol stabilitas, kontrol traksi, airbag, dan kamera mundur. Sementara untuk uji tabrak, Leaf mendapat lima bintang di EuroNCAP. Jika Anda membelinya, Leaf disertai pula dengan charger 120V yang tinggal Anda colok ke terminal listrik di rumah Anda. Sayangnya butuh waktu 18 jam untuk mengisi penuh baterainya. Tersedia pula alat isi ularng 240 volt termasuk instalasinya di rumah Anda seharga $1000-$4000 (di AS), yang dapat mengisi penuh baterai dalam 4-8 jam saja.
Kesimpulan kami, mobil ini pantas disebut mobil masa depan. Namun, dibutuhkan sinergi kuat antara Nissan dan pemerintah negara-negara tujuan Nissan Leaf untuk memperbanyak stasiun pengisian listrik, membangun pembangkit tenaga listrik “hijau”tenaga angin, panel surya raksasa, hingga PLTN, sehingga sumber tenaga yang dipakai mengisi Nissan Leaf benar-benar lepas dari pengaruh energi tak terbarukan.
Reza Erlangga
Foto: Reza Erlangga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar